Ini adalah keyakinan pribadi penulis bahwa untuk pengobatan jangka pendek (satu hingga dua minggu), antibiotik lebih efektif daripada probiotik. Namun, antibiotik memang memiliki kelemahan tertentu. Secara khusus, gejala-gejala cenderung kambuh setelah pengobatan dihentikan, dan program perawatan yang berkepanjangan atau berulang mungkin diperlukan pada beberapa pasien. Dokter enggan meresepkan antibiotik yang berkepanjangan atau berulang karena khawatir akan efek samping jangka panjang dari antibiotik dan munculnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Dokter kurang memperhatikan efek samping jangka panjang atau munculnya bakteri resisten dengan probiotik dan, oleh karena itu, lebih bersedia meresepkan probiotik berulang kali dan untuk periode yang lama. Salah satu pilihan adalah awalnya mengobati pasien dengan antibiotik jangka pendek dan kemudian jangka panjang dengan probiotik. Studi jangka panjang yang membandingkan antibiotik, probiotik, dan kombinasi antibiotik dan probiotik sangat dibutuhkan.
Di mana saya dapat mengetahui apa penelitian yang sedang dilakukan untuk SIBO?
Salah satu hambatan utama untuk memahami peran SIBO dalam menyebabkan penyakit adalah kurangnya tes yang baik untuk diagnosis. Dalam beberapa tahun terakhir, teknik baru untuk mempelajari bakteri usus telah dikembangkan yang menjanjikan. Bakteri RNA diekstraksi dari sampel tinja dan kemudian dianalisis. Analisis DNA dapat menentukan jenis bakteri yang ada serta jumlahnya. Mungkin teknik baru ini akan berguna dalam menjelaskan pentingnya SIBO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar